Antara Saya, Selfie dengan Jokowi dan La Nyalla Academia
By : Ani Sulastri Secara amanah aku adalah gerombolan yg dianggap swing voter ( golput ). Sepak terjang perpolitikan saya dimulai berdasarkan men...
By : Ani Sulastri
Secara amanah saya merupakan grup yg dianggap swing voter ( golput ). Sepak terjang perpolitikan saya dimulai menurut sebagai Relawan militansi Prabowo Subianto. Boleh dibilang didunia media umum saya ini pembunuh cebong no wahid. Jarang terdapat yang beradu argumentasi dg saya menang.
Dulu thn 2014 saya suka berkumpul di jln Fatmawati 200 dan bergabung dg wartawan wartawati senior pendukung 08. Sebut saja nama Naniek S Deyang, Linda Djalil dll.
Saya menjadi teamses untuk Anies Sandi pada pilkada Jakarta thn lalu.
Sampai bepergian aku bertemu & berkenalan dg La Nyalla lantaran saya diminta membantu pemenangan dia pada pilkada Jawa Timur. Tetapi apalacur, takdir mengungkapkan lain. Dg liku Sandiwara akhirnya rekomendasi LNM nir turun dr partai yg paling bergengsi waktu ini.
Hal ini membuka mata saya buat bermain logika dan nurani. Saya mulai merapat ke pak Nyalla sebagai sahabat diskusi politik.
Lumayan pula lantaran pengetahuan beliau yang meski kadang terkesan liar tp wajar dg keadaan ketika ini.
Meski pak Nyalla sudah memproklamirkan mendukung Jokowi dg sebagai founder pada Rumah Rakyat Jokowi, aku tetap netral karena entah hati saya masih gamang. Saya bergabung dalam organisasi dia yang diberi nama La Nyalla Academia. Dan saya diminta buat menjadi team cyber anti hoak. Alhamdulillah lantaran dalam dasarnya aku memang nir suka membaca, mendengar warta hoax. Tapi bila buat memvote Jokowi, tungguh dulu. Saya masih belum yakin.
Siang ini Allah memperlihatkan pd saya sebuah kenyataan. Saya hadir menjadi pencari liputan pada La Nyalla media centre pada acara deklarasi dukungan untuk Jokowi pada tugu pahlawan Surabaya.
Saya melihat dan merasa dr hati ke hati bahwa ini Jokowi yg apa adanya. Berbicara ,berpidato ,bersalaman tanpa beban. Beliau asyik membawah kita pada insan yang dimanusiakan tanpa sekat ,tanpa perasaan takut.
Pada sesi foto" bahkan saya masih enggan mengeluarkan kamera aku . Saya malah asyik mentertawakan ibu" sebelah aku yang teriak" pak joko widodo...Pak joko widodo anjung belakang panitia mau selfie pula. Saya pikir bodoh ini orang hingga segitunya. Tetapi pak Jokowi mundur pula buat menyalami kami pada panggung belakang loka panitia & pers . Banyak yg mengeluarkan ponsel nya buat minta berfoto. Mungkin lantaran kecapekan dia mengatakan sudahdanquot; , anehnya pak Jokowi malah menoleh dalam saya dan meminta ponsel aku buat wefie. Antara percaya dan tidak aku malah terdorong yg lain ketika moment itu terjadi. Kemudian dia menyerahkan ponsel saya balik sembari mengangguk & tersenyum ala Jokowi.
Ya Allah, inikah orang yg aku benci. Mendekat begitu dekat. Apabila terdapat niat jelek sanggup saja hal terjelek terjadi .
Dan saya pun mulai menulis disecarik kertas welcome to the cebongs family ani.
Ah biarlah mereka akan berkata aku dungu.
Yg niscaya nanti di akhirat pertanyaannya bukan seberapa pandai engkau , namun seberapa berat kadar iman mu
Biarlah Rocky Gerung and the gank mengagungkan otak ketemu otak tetapi klo tanpa hati buat apa.
To sebagai pintar ala dia mendekatkan diri dalam atheisme. Membutakan nurani karena seluruh yang latif dipercaya fiksi.
Diakhir tulisan ini, saya mulai berfikir buat lebih welcome & secara obyektif menilai Jokowi.