Satpol PP Surabaya Perilakunya "Kejam", KPJ: Jangan Arogan Dengan Seniman Jalanan

Surabaya ? Dengan adanya arogansi penegak Peraturan Daerah yg selama ini membabi buta & nir melihat rasa kemanusiaan, rakyat Surabaya ter...

Surabaya – Dengan adanya arogansi penegak perda yang selama ini membabi buta dan tidak melihat rasa kemanusiaan, masyarakat Surabaya tergerak dan menanggapi tentang perlakuan Satpol PP kota Surabaya yang sangat arogansi terhadap seniman Angklung beberapa hari lalu, banyak warga kota Surabaya yang merespon atas munculnya berita bahwa kinerja Satpol PP semakin lama semakin buruk dalam melaksanakan tugasnya. Terbukti dengan banyaknya Animo masyarakat dengan memberikan komentar “Lawan itu Satpol PP”.

Peristiwa ini mendeskripsikan bahwa output kerja dengan konsep Represif tidak berkesan menggunakan baik. Bahkan menuai cibiran dari sejumlah kalangan rakyat. Oleh karenanya, sesuai dengan permendagri, bahwa sikap Humanisme seorang Panong Praja seharusnya bisa pada berikan pada rakyat. Sebab seseorang pamong seharus dapat menaruh model & Ngenong (Mengasuh).

Dalam insiden Kamis siang, (23/lima/19) kurang lebih pukul 13.00 pemain angklung yang bermain di sekitar traffic light jalan Gunungsari kelurahan Sawunggaling di kagetkan dengan kedatangan Satpol PP kota Surabaya menggunakan berjumlah kurang lebih kurang lebih 20 personil yg membawa lima unit truk dan mobil dinas, tiba datang merampas alat musik Angklung & menyerang dan menghajar galat satu personil dari pemain angklung. (Informasi menurut rakyatjelata.Com).

Adanya kasus ini, Kinerja Satpol PP nir berpedoman pada tugas & fungsi yang sudah pada tetapkan pemerintah sentra. Sehingga pada menjalankan tugas & fungsi tadi, para oknum Satpol PP Surabaya seenaknya sendiri bahkan lebih poly bersifat arogansi daripada menaruh arahan yg baik terhadap warga kecil.

Semakin buruknya kinerja Satpol PP dalam hal ini berkaitan dengan kompetensi pemahaman aparat terhadap tugasnya dan fungsi sebagai aparat Satpol PP.

Inilah beberapa komentar berdasarkan beberapa kalangan rakyat & tokoh akademisi,

?Satpol PP tidak boleh Arogan,dan hrua mengedepankan Persuasif, pada hal ini Pemerintah Kota Surabaya wajib mencari alternatif agar rakyat negara tetap mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak.? Ujar Beka Komisioner Komnas Ham.

?Sangat memprihatinkan, semoga akan terdapat jalan keluar bagi anak anak yang sedang berkreatifitas.? Harap galat satu Dekan di UNESA.

“Harus di pertanyakan sebabnya apa, negara kita negara hukum, kalau  sudah menyalahgunakan jabatan ya harus di tindak,bila perlu copot Kasatpol PP nya kalau gak bisa mimpin pasukan dengan baik.” ucap Yanto salah satu  pentolan KBRS Perjuangan.

?Saya akan berikan dukungan buat anak anak angklung yang mangkal pada loka kami, wong mereka sudah kami beri ijin, dan mereka nir memgganggu kok.? Ujar RT pada komplek Kodam.

Masih banyaknya kelemahan dalam tugas aparat Satpol PP sebagai akibatnya sebagai pemicu perseteruan yang baru, akhirnya ada bentrok dan kericuhan yg seharusny hal ini tidak perlu terjadi.

Seperti insiden yg telah di alami oleh grup seniman pemain angklung beberapa hari yg kemudian, kelompok artis angklung mangkal di keliru satu tempat dan bahkan mempunyai ijin berdasarkan perangkat wilayah, datang datang Satpol PP merampas alat angklung seenaknya tanpa adanya penerangan secara hukum, memukul, memiting bahkan menjambak keliru satu pemain angklung tadi.

Dengan perlakuan seperti itu, maka timbulah kericuhan antara gerombolan artis angklung dengan Satpol PP. Inilah titik kelemahan Satpol PP pada menjalankan tugasnya, dan seolah olah dirinya lah yang berkuasa dalam menertibkan kehidupan seseorang anak manusia, padahal mereka merupakan masyarakat yg harus dilindungi Pemerintah, yg seharusnya di berikan wawasan terbaik & arahan agar hidup mereka lebih baik berdasarkan sebelumnya.

Masyarakat menilai Kinerja Satpol PP kota Surabaya yang semakin tak menentu yaitu Kompetensi profesionalisme telah tidak di pergunakan lagi sang seluruh anggota Satpol PP Kota Surabaya, yang mana Kompetensi itu meliputi pengetahuan, ketrampilan & perilaku ssopan santun dalam penindakan. Jadi seluruh itu tidak di dapatkan berdasarkan semua anggota Satpol PP Kota Surabaya selama ini.

Terpisah, mendengar adanya informasi bahwa ada pengamen jalanan di perlakukan kasar sang Sat-pol PP Surabaya, Aba Hafidz (Abunawas) selaku Penasehat Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ) Surabaya berkata, " Perbuatan misalnya arogan terhadap suatu penindakan tidak bisa dibenarkan, itu kan bukan kriminal, padahal perbuatan kriminal pun polisi tidak boleh arogan, lah kok ini penegak Peraturan Daerah Sat-Pol PP malah tindakannya melebihi perilaku Polisi, mereka kan jua Warga Surabaya & waktu itu jua sangat mendukung sekali saat Pilkada pencalonan Bu Risma yang sangat dicintai oleh rakyat Kota Surabaya menjadi Walikota hingg dua periode," ungkapnya. Dikutip menurut Liputan Indonesia.

Lanjut Abunawas, " Mereka dibentuk untuk menertibkan dan memberikan arahan kepada masyarakat, bukan merampas alat musik dan menjambak bahkan memiting para pengamen jalanan itu, itu sudah kurang ajar namanya, bubarkan saja Sat-PP atau pecat pimpinan dan oknum oknumnya, Sat-Pol PP Surabaya itu ikut diklat pendidikan atau cuma sekedar asal rekrut saja. Kok kurang ajar dan tidak ber ahlaq  sama anak anak seniman jalanan, mereka itu dilindungi negara, ada di UUD 1945 Pasal 34 ayat 1, yang mana kutipan isinya adalah, " Fakir miskin dan anak-anak jalanan yang terlantar dipelihara oleh negara," pungkasnya.

Sementara Pihak Joko Wiyono Kasi Operasional Satpol-PP Surabaya saat di konfirmasi lewat Whatsapp terkait peristiwa ini belum sanggup menjawab. (red)