Banjir di Awal Tahun 2020

SurabayaPos.Com / Jakarta - Hari pertama tahun 2020, keterangan pada lini massa diwarnai oleh banjir yang terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Ta...

SurabayaPos.Com / Jakarta - Hari pertama tahun 2020, informasi di lini massa diwarnai oleh banjir yg terjadi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang & Bekasi (Jabodetabek). Banjir tidak hanya melanda ibukota tetapi pada beberapa daerah pada Sumatera misalnya Bengkulu dan Labuhan Batu Sumatera Utara menurut laporan media hingga ketika ini.

Harapan akan kualitas lingkungan hayati yang lebih baik dibandingkan tahun 2019 seakan-akan sulit diwujudkan menggunakan realitas yang ada. Namun demikian, bukan berarti kualitas lingkungan hidup yg baik dan sehat sesuatu yg mustahil diwujudkan.

Jurnalis dan media massa sebagai galat satu aktor yang mampu turut membantu mewujudkannya.

Banjir yg terjadi hari ini pada beberapa daerah, seperti Bogor, Bekasi, DKI Jakarta, hingga ke ruas tol Cikampek-Palimanan bahkan di sejumlah wilayah, tidak bisa dipandang menjadi satu insiden tunggal. Bencana alam adalah sebuah keniscayaan, manusia seharusnya sanggup melakukan mitigasi dengan mengarusutamakan kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Pemberitaan & laporan soal bala seharusnya ditarik lebih pada ke faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Mulai berdasarkan regulasi yg kurang mendorong kepedulian atas lingkungan hayati yg baik & sehat, hingga ideologi dan rongrongan oligarki yang seolah-olah mendorong peningkatan indeks pembangunan insan.

Masyarakat Jurnalis Lingkungan atau The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) mengajak semua jurnalis & media massa buat menaruh warta yang kentara dan akurat terkait peristiwa bala.

Fakta-warta terkait alih fungsi lahan, persyaratan pembangunan yang seharusnya mengedepankan biar lingkungan, penegakan hukum, serta perubahan iklim sebaiknya dikemukakan dengan lugas & benar, alih-alih tak sekadar menyalahkan kepala wilayah semata terkait kegagalan memitigasi bencana pada wilayahnya.

Kami memandang kenyataan perubahan iklim masih kurang mendapatkan porsi pada media massa karena memang tidak mudah buat membumikannya. Banjir, mampu jadi galat satu titik masuk bagi jurnalis atau media massa guna mengungkapkan imbas menurut perubahan iklim terhadap warga perkotaan.

Curah hujan yg tinggi di sebuah wilayah nir bisa dilihat sebagai sebuah kenyataan alam semata. Perilaku setiap individu secara tidak pribadi berdampak dalam peningkatan suhu muka bumi yang memengaruhi pertumbuhan awan sampai hujan.

Perubahan tata guna huma yang tidak terkontrol, mampu jadi faktor penyebab larinya air ke berbagai wilayah hingga membanjiri pemukiman warga . Di sejumlah daerah, tingginya curah hujan umumnya selalu disusul oleh bencana longsor & banjir bandang.

Maka dari itu, kami berharap jurnalis & media massa ikut mengambil kiprah memberi fakta yg sempurna untuk semua pihak tanpa memandang latar belakangnya. Sehingga semua pihak, mulai menurut rakyat biasa hingga penghasil kebijakan sadar dan mau melakukan perubahan mulai dari diri sendiri demi lingkungan hayati yang lebih baik & sehat.

Misalnya, konduite mengurangi penggunaan kendaraan langsung daripada memanfaatkan layanan transportasi generik, mengurangi dan menghapuskan penggunaan tenaga berbasis fosil, mengurangi konsumsi yang cenderung mengakibatkan sampah, sampai mengawasi planning pembangunan pemerintah yg nir pro atas penciptaan lingkungan hidup yang sehat & baik.[]

Jakarta, 1 Januari 2020

Rochimawati, Ketua Umum SIEJ (081215611947)

Adi Marsiela, Bidang Kampanye SIEJ (08122421675)

The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) dideklarasikan oleh 45 jurnalis lingkungan di kawasan Taman Nasional Leuser pada Hari Bumi 22 April 2006. Misi utama SIEJ adalah meningkatkan mutu dan kuantitas peliputan isu-isu lingkungan hidup pada media massa di Indonesia. Saat ini anggota SIEJ berjumlah 260 orang wartawan yang tersebar di 25 Simpul daerah. SIEJ bekerjasama dengan lembaga di dalam dan luar negeri dalam berbagai kegiatannya, seperti Packard Foundation, Internews, WRI, Ford Foundation,  Earth Journalism Network, Yayasan Kehati, TNC, CI, WWF, Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, dan sebagainya.