Telah Ditemukan Vaksin Virus corona: Enam Sudah Diuji Coba ke Manusia

Di tengah penyebaran pandemi Covid-19, beberapa tim ilmuwan bekerja buat menemukan vaksin yang bisa mengakhiri pandemi ini. Saat penyebaran pandemi Covid-19, beberapa tim ilmuwan bekerja buat menemukan vaksin yang mampu mengakhiri pandemi ini. Liputan Dunia, - Pencarian yg pesat ini dipercaya luar biasa sang para ahli, terutama mengingat pengembangan vaksin biasanya membutuhkan waktu tahunan, bahkan beberapa dasa warsa., Vaksin Corona Ditemukan, Akan Diuji Coba ke 45 Orang Sukarelawan "Vaksin Corona Ditemukan, Akan Diuji Coba ke 45 Orang Sukarelawandanquot;,

Foto; Vaksin Covid-19 diperkirakan akan siap dalam waktu 12 hingga 16 bulan.

Saat penyebaran pandemi Covid-19, beberapa tim ilmuwan bekerja untuk menemukan vaksin yang mampu mengakhiri pandemi ini.

Liputan Dunia, - Pencarian yang pesat ini dianggap luar biasa oleh para ahli, terutama mengingat pengembangan vaksin biasanya membutuhkan waktu tahunan, bahkan beberapa dekade.

Misalnya vaksin Ebola yg membutuhkan saat 16 tahun menurut inovasi sampai persetujuan buat digunakan secara luas.

Normalnya, vaksin wajib melalui beberapa termin, mulai dari laboratorium dan uji coba dalam hewan. Apabila dipercaya kondusif & bisa membuat kekebalan, baru uji coba dalam insan dimulai.

Uji coba ini dibagi sebagai 3 tahap. Dimulai menggunakan sekelompok kecil peserta yg sehat, lalu dalam sekelompok orang yg lebih poly serta gerombolan kontrol buat mengukur keamanannya dan takaran efektif yg dibutuhkan.

Kini pada saat sekitar 3 bulan, terdapat kurang lebih 90 tim ilmuwan bekerja menciptakan vaksin Covid-19. Ada enam calon yg telah mencapai termin uji coba manusia.

Amerika Serikat

Pertama merupakan vaksin mRNA-1273 berdasarkan Moderna Therapeutics, Amerika Serikat.

Vaksin dikembangkan sang Moderna, perusahaan bioteknologi yg bermarkas pada Massachusetts, menggunakan memakai teknologi baru.

Tujuan vaksin ini merupakan ?Melatih? Sistem kekebalan tubuh buat melawan virus corona dan mencegah munculnya penyakit.

Pendekatan konvensional umumnya berfokus pada penggunaan virus yang sudah dilemahkan dan dibentuk nonaktif, atau virus yang telah difragmentasi.

Tetapi vaksin mRNA-1273 protesis Moderna, yang uji cobanya didanai sang United States National Institutes of Health (NIH), nir dibuat menurut virus penyebab Covid-19, melainkan menurut kode RNA atau asam nukleat ribosa.

Uji coba dilakukan menggunakan menyuntikkan segmen mini kode genetis virus, yang dibuat sang para ilmuwan pada laboratorium, dengan tujuan membuat respons sistem kekebalan tubuh buat melawan infeksi.

Vaksin ke 2 merupakan INO-4800 berdasarkan Inovio Pharmaceuticals, Alaihi Salam.

Serupa menggunakan Moderna, vaksin ini dibuat dengan taktik baru.

Fokusnya merupakan dengan penyuntikan eksklusif DNA melalui plasmid (struktur genetis mini ) ke sel pasien buat membangun antibodi guna melawan infeksi.

Inovio dan Moderna memakai teknologi baru yang mencakup modifikasi & manipulasi materi genetis.

Tantangan

Namun teknologi-teknologi itu belum pernah berhasil memproduksi obat atau terapi yang diizinkan buat digunakan dalam insan, seperti dijelaskan dr. Felipe Tapia menurut Institut Max Planck, Jerman, kepada BBC Mundo.

"Ada harapan yang tinggi dalam pengembangan vaksin-vaksin ini. Tetapi kita wajib lebih hati-hati karena itu seluruh adalah vaksin yg belum ada sejarahnya," istilah Dr Tapia.

?Bahkan para ilmuwan di Moderna sendiri menyampaikan tantangan terbesar bagi mereka merupakan menghasilkan dan memasarkannya karena sekarang mereka tidak punya lisensi buat vaksin tipe mRNA," imbuhnya.

China

China kini punya tiga vaksin yang sedang pada proses uji coba dalam manusia. Ketiganya memakai metode produksi yg lebih konvensional.

Vaksin AD5-nCoV dibuat perusahaan bioteknologi CanSino Biologics.

Tanggal 16 Maret, ketika Moderna memulai uji coba dalam insan, CanSino Biologics bekerja sama dengan Institut Bioteknologi dan Akademi Ilmu Kedokteran Militer China, menguji vaksin mereka.

Vaksin AD5-nCoV memakai adenovirus ? Virus penyebab flu ? Menjadi vektor (pengantar). Adenovirus yang digunakan adalah versi yg tidak berkembang biak.

Vektor tersebut membawa gen untuk protein S (spike) menurut bagian atas virus corona. Dan dengan ini berusaha memancing respons kekebalan tubuh guna melawan infeksi.

China jua tengah melakukan uji coba pada insan buat vaksin LV-SMENP-DC dari Institut Kedokteran Genoimun, Shenzen. Vaksin ini serius dalam penggunaan contoh sel dendrit yg dimodifikasi dengan vektor berdasarkan lentivirus.

Calon berikutnya adalah vaksin yang dibentuk menurut virus yang telah dinonaktifkan berdasarkan Institut Produk Biologi Wuhan, subordinat dari Grup Farmasi Nasional China, Sinopharm.

Tipe vaksin ini dibuat menggunakan memproduksi partikel virus pada reaktor dan memurnikannya sehingga virus kehilangan kemampuan buat mengakibatkan penyakit.

?Ini adalah teknologi paling lazim, dan adalah platform produksi vaksin yang paling sering dipakai,? Papar dr. Felipe Tapia.

?Teknologi ini produknya telah mengantungi lisensi buat dipasarkan?.

?Kebanyakan perkiraan vaksin buat Covid-19 akan siap antara 12 sampai 16 bulan berdasarkan tipe vaksin ini,? Pungkasnya kepada BBC Mundo.

Inggris

Vaksin keenam adalah Vacuna ChAdOx1 berdasarkan Jenner Institute, University of Oxford, Inggris.

Uji coba klinis pertama di Eropa dimulai tanggal 23 April buat mengetes vaksin ini.

Ini adalah jenis vaksin adonan atau rekombinan, serupa menggunakan yg dibuat sang CanSino pada China.

Tetapi tim di Oxford memakai versi adenovirus dari kera yang sudah dilemahkan dengan modifikasi sehingga nir direproduksi pada manusia menjadi vektor.

?Yang mereka lakukan merupakan memproduksi virus pada reaktor yang nir berbahaya tapi pada permukaan memperlihatkan protein yg sama dengan virus corona. Maka ini akan membuat respons kekebalan tubuh,? Kata dr. Tapia.

Para ilmuwan sudah berpengalaman memakai teknologi ini, diantaranya buat berbagi vaksin buat MERS yang jua ditimbulkan virus corona.

Hasil uij coba klinis, istilah tim ini, menampakan hasil yg positif.

Tantangan produksi masal

Sekalipun kemajuan pesat terjadi dalam pembuatan vaksin Covid-19, para pakar mengatakan tak terdapat jaminan bahwa penyuntikan atau inokulasi akan berhasil.

Dijelaskan sang dr. Felipe Tapia, nir diketahui bagaimana reaksi vaksin ini terhadap jenis populasi tidak sinkron, atau di antara grup umur tidak selaras.

?Ini hanya bisa diketahui seiring ketika,? Katanya.

Tetapi menerima vaksin yg efektif dan persetujuannya barulah langkah pertama.

Lalu akan terdapat tantangan besar dalam memproduksi miliaran dosis suntikan untuk didistribusikan kepada yang membutuhkan.

?Menurut aku akan ada keterbatasan pada kemampuan mencapai jumlah produksi yg diharapkan, yaitu ratusan juta dosis,? Kata dr. Tapia pada BBC Mundo.

?Apabila kita ingin memvaksinasi seluruh planet, akan ada jutaan takaran yang sangat sulit buat diproduksi,? Pungkasnya.

Hambatan paradoks

Satu tantangan lagi adalah paradoks yg terjadi apabila penyebaran virus corona berhasil dikendalikan.

Vaksin hanya bisa dipercaya berhasil uji cobanya pada lokasi loka virus menyebar secara alamiah. Jika penyebaran sudah berhenti maka tidak ada lagi populasi buat penyuntikan atau inokulasi.

?Ini akan sangat tergantung pada seberapa cepat virus mengimunisasi semua global,? Istilah Dr Tapia.

?Di negara dengan karantina yang ketat, barangkali vaksin akan lebih dulu dipakai daripada munculnya kekebalan kelompok (herd immunity)?.

?Tetapi pada negara dengan kegiatan ekonomi lebih akbar seperti Jerman, penyebaran virus bisa memunculkan kekebalan lebih cepat daripada vaksin,? Ujarnya.

Source: bbc.Com/indonesia