Rakyat Butuh THR Bu Sri Mulyani, Kenapa Nggak Cetak Uang Terus Lalu di Bagi-bagikan

Jakarta - Pandemi virus Corona jenis baru (COVID-19) telah menghantam sektor riil. PHK melonjak, daya beli anjlok, masyarakat butuh bantuan dana segar buat menyambung hayati. Https://www.Liputanindonesia.Co.Id/2020/04/rakyat-butuh-thr-bu-sri-mulyani-kenapa.Html

Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani
Jakarta - Pandemi virus Corona jenis baru (COVID-19) telah menghantam sektor riil. PHK melonjak, daya beli anjlok, masyarakat butuh bantuan dana segar untuk menyambung hidup.

Lantas, kenapa pemerintah tak lantas merogoh jalan singkat, menggenjot pencetakan uang buat lalu dibagi-bagi ke warga yang membutuhkan pada bentuk donasi eksklusif tunai (BLT)?

Sabar, sebab pada kenyataannya logikanya tak sesederhana itu. Dijelaskan Menteri Keuangan Sri Mulyani, mencetak uang memang bisa saja dilakukan oleh pemerintah. Namun jika tidak dihitung secara cermat bakal ada ancaman inflasi mengintai. Perlu dipikirkanPula supply and demand di pasar.

"Artinya kan ini orang menduga persoalannya lantaran uang saja, sebagai akibatnya ekonomi berhenti. Orang yg tadinya kerja, bisa belanja, perusahaan yang produksi barang bisa dapat revenue. Tapi sekarang ini orang pada rumah, beliau gak belanja, terbatas, sehingga ekonomi berhenti," ujarnya ketika berbincang menggunakan pimpinan media massa secara virtual, Kamis (23/4/2020) malam.

Pun begitu, ibarat orang naik sepeda, Sri Mulyani tidak mau membiarkan roda ekonomi eksklusif berhenti sepenuhnya karena bisa jatuh. Adapun yg ingin dilakukan pemerintah permanen menjaga roda ekonomi terus berputar, meski pelan-pelan.

"Karena jikalau berhenti maka akan terdapat PHK masif. Makanya kita siapkan bansos, relaksasi, stimulus, dan kebijakan lain. Ini kita coba keroyok sama-sama (menggunakan forum lainnya-red.)," imbuh Menkeu.

Ia menambahkan, stimulus sendiri bisa dilakukan lewat kebijakan moneter & fiskal. Baik itu dengan memberi keringanan pajak ataupun mencetak duit lebih poly buat lalu 'menggerojokin' roda ekonomi biar naik lagi.

"Istilahnya kita bikin mengapung lagi, nggak tenggelam. Tapi kalau gerojokin terlalu banyak (cetak uang secara masif-red.), tetapi pada sisi lain supply side nggak jalan maka yg ada adalah akan terjadi inflasi," jelasnya.

"Makanya kita harus melihat secara cermat. Seberapa poly kita harus gerojokin ekonomi izin datang-tiba gak malah berbalik jadi inflasi. Jadi aspirasi namun kita dengerin, akan tetapi saya dan Bank Indonesia sama-sama kita jagain & ingat lagi situasi kaya gini jangan malah dianggap kita justru jadi merugikan negara. BI kan juga takut karena mereka juga punya neraca. Saya jua punya neraca pemerintah. Jangan hingga jebol salah satu atau 2-duanya. Jadi kita permanen menjaga dua-duanya, antara sustainabilitas dari fiskal & ekonominya kita selamatkan. Kita sama-sama mengatur pace & levelnya," papar Sri Mulyani.

Kebijakan instan menggenjot percetakan uang sendiri salah satunya dilakukan oleh Amerika Serikat. Meski begitu, bank sentral AS (The Fed) sanggup melakukan kebijakan itu sekaligus membeli surat utang pemerintah sebesar-banyaknya karena dolar selama ini dipegang sang seluruh global, sebagai akibatnya risiko inflasinya mini atau bahkan hampir tidak ada.

Sumber: detikcom