Maruarar Sirait: Kondisi di Jawa Barat Sudah Berbalik

Surabayapos.Com -Influencer Tim Kampanya Nasional Jokowi-KH Maruf Amin, Maruarar Sirait, menjamin perubahan data kemenangan pada Jawa Barat...

Surabayapos.com -Influencer Tim Kampanya Nasional Jokowi-KH Maruf Amin, Maruarar Sirait, mengklaim perubahan data kemenangan di Jawa Barat telah berbalik. Dari yang sebelumnya dikuasai Prabowo, kini berada di Jokowi.

Hal tersebut diungkapkan Maruarar seusai menghadiri kedap konsolidasi Tim Kampanye Daerah (TKD) Jawa Barat, di Hotel Asrilia, Bandung, Jumat (1/tiga/2019) malam. Menurutnya, data yg disampaikan dari wilayah mengambarkan kerja nyata pada mengkampanyekan Jokowi menjadi petahana.

?Dari data kami, yg niscaya dalam tahun 2014 Pak Jokowi itu dapat lebih kurang 40 %, melawan 60 persen. Jadi, kira-kira bedanya itu 4,3 juta. Jadi, itu angka yang signifikan di kekalahan 2014. Jadi, peta itu telah berubah di Jawa Barat. Kami sudah unggul dari berbagai data yang kami terima,? Ujar Maruarar, misalnya dikutip laman Viva.

Dia mengungkapkan kampanye kinerja Jokowi menjadi petahana sudah diterima masyarakat. Maruarar juga memastikan persaingan semakin sengit menjelang pemilihan, karena Jokowi unggul selisih tipis menggunakan Prabowo pada Jawa Barat.

?Objektifitas kami sudah unggul tipis. Artinya tren itu harus kami pertahankan. Bayangkan, berdasarkan kalah 4,tiga juta, tentu sesuatu yang tidak mudah, dibantu dengan objektifitas & rasionalitas melihat pribadi dan karakter Jokowi-Ma'ruf Amin yang santun, tetapi sudah terbukti kerjanya,? Ungkapnya.

Kata Maruarar, Jawa Barat adalah huma yg sangat sulit buat dikuasai. Namun, dia mengapresiasi kinerja TKD, yang meski waktu ini masih berada pada proses Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg), tetapi mereka masih mampu mengampanyekan Jokowi.

?Kombinasi itu sanggup meninggalkan egonya masing-masing. Kan tidak mudah dalam kondisi Pileg, dan Pilpres tidak gampang. Tren kami sudah unggul & kami ingin tetap bertahan pada posisi di atas,? Pungkasnya.

Di Kendari, Sulawesi Tenggara, Jokowi menyebut elektabilitasnya beserta Kiai Ma'ruf pada Jawa Barat sempat turun lantaran penyebaran hoaks dan rekaan.

?Di Provinsi Jawa Barat, waktu itu, 1,lima bulan yg kemudian, kami sudah menang empat %. Dulu kan (Pilpres 2014) kami kalah telak tuh, ini sudah menang empat %. Enggak ada hujan, enggak ada angin, memahami-tahu anjlok delapan %,? Kata Jokowi saat bertemu dengan pengurus & anggota TKD Sulawesi Tenggara, di Kendari, Sabtu (dua/3/2019), seperti dilansir page Kompas.

Jokowi mengungkapkan, timnya pada Jawa Barat eksklusif mempelajari apa yang sebagai penyebab penurunan elektabilitasnya. Tim menemukan adanya upaya penyebaran hoaks & rekaan kepada Jokowi-Kiai Ma'ruf.

?Kami cek. Ke bawah, ke bawah, ke bawah. Cek lagi ke rumah, ke rumah, ke rumah. Apa yang muncul? Ternyata fitnah hoaks telah masuk,? Kata Jokowi, yang disambut sorak riuh para pendukungnya.

Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menyatakan meluasnya kampanye hitam atau fitnah yg ditujukan pada Jokowi menjadi indikasi ketidakmampuan lawan politik Jokowi pada membendung meningkatnya elektabilitas beliau.

?Itu pertanda suara 01 ini sulit dibendung. Menurut aku , tidak ada yg baru (berdasarkan fitnah ke Jokowi). Yang baru itu cuma praktiknya, menurut pintu ke pintu. Ya, memang targetnya menyasar kalangan warga yang tidak menggunakan media social. Jadi, wilayahnya diperluas,? Ucapnya, seperti dikutip Tribunnews, Jumat (1/3/2019).

Dijelaskan Ray, pola penyebaran fitnah dan hoaks yang disampaikan berdasarkan pintu ke pintu cukup efektif, lantaran waktu dilakukan nir ada pihak lain yang mampu menyanggahnya, sebagaimana yang terjadi di media sosial.

?Jadi, mereka menganggap itu lebih efektif, lantaran berbeda apabila dilakukan di media umum. Kalau pada media sosial mampu bermunculan berdasarkan dua kubu yang tidak selaras, mampu saling bantah & saling serang. Namun, apabila dari pintu ke pintu, itukan hanya sepihak saja,? Celoteh Ray.

Ray mendesak agar ada upaya hukum terhadap praktik-praktik rekaan, hoaks, ujaran kebencian, dan isu SARA, baik di media umum maupun menggunakan cara mendatangi rumah-tempat tinggal . Jika dibiarkan, istilah Raik, praktik itu sanggup semakin meluas & mampu memengaruhi pilihan warga .

?Ya, sine qua non upaya aturan dan ini harus diungkap secara utuh, siapa pada belakangnya, supaya tidak terulang balik menjelang 17 April nanti,? Kata Ray. (*)