21 Tahun PAN Menyinari Negeri, Teguhkan Komitmen Kawal Jihad Politik
Surabayapos.com - Dengan tagline '21 Tahun PAN Menyinari Negeri' Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Ti...
Surabayapos.com - Dengan tagline '21 Tahun PAN Menyinari Negeri' Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Amanat Nasional (PAN) Jawa Timur menggelar peringatan hari jadinya yang ke 21, di markas Partai Berlambang "Matahari Bersinar" di DPW PAN Jatim, di Jalan Darmokali Surabaya, Jumat (23/8/2019).
Acara itu dirangkai dengan konsolidasi para Caleg terpilih yang akan duduk di DPR RI, DPRD Jatim dan DPRD Kabupaten/Kota. Serta launching buku 21 tahun PAN Menyinari Negeri.
Serta pemberian bingkisan bagi anak yatim piatu dari sejumlah yayasan di Surabaya, sebagai wujud syukur karena di usia 21 tahun, PAN terus eksis mengawal dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
Dalam sambutannya, Ketua DPW PAN Jatim, H Masfuk mengatakan, peringatan Harlah PAN ke 21 juga dihadiri tokoh dan sesepuh, ada Bung Kaisar Victorio, anggota DPR RI, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota, serta Ketua PW Muhammadiyah Jatim dan Ketua PW Aisyiah Jatim.
"Umur 21 tahun, ibarat manusia lagi itu lagi segar-segarnya dan punya masa depan yang cerah. Makanya, kita akan terus berjuang untuk rakyat supaya terjadi keadilan dan kemakmuran di Indonesia yang menjadi misi kebangsaan PAN," kata Masfuk.
"Itulah yang harus diperjuangkan seluruh kader sebab PAN didirikan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Jangan lupa pada partai dan konstituen supaya tak kuwalat," jelas mantan Bupati Lamongan itu.
Ketua PW Muhammadiyah Saad Ibrahim mengingatkan kembali kalau PAN dilahirkan oleh Muhammadiyah. Untuk itu, meski berusia 21 tahun tapi usia Muhammadiyah sudah 1 abad.
"Bagi Muhammadiyah yang penting dewan PAN itu bisa amanah agar bisa selalu di backup Allah. Kuncinya, pegang teguh pada ayat, Wa'tashimu bihablillahi jamiian wala tafarraqu, Insya Allah Muhammadiyah, Persis, NU akan menjadi penerus kebangkitan Islam," harap Saad Ibrahim.
Lanjut Asad, umat Islam menjadi kekuatan dunia baik kekuasaan dan politik selama hampir 1300 tahun mulai tahun 622-1924. Itu saat, peradaban Islam mulai abad 3 hijriyah sampai 8 hijriyah yang menjadi puncak peradaban, hingga umat Islam menjadi umat yang terbaik.
Persentuhan Muhammadiyah dengan PAN, lanjut Saad memang sempat panas dingin, dipicu jihad konstitusi oleh PP Muhammadiyah di Mahkamah Konstitusi (MK), hasilnya tidak dilaksanakan dengan baik. Karena itu Muhammadiyah mengubah menjadi jihad politik melalui politik nilai teologis.
"Dalam pileg lalu, PWM mengusulkan Najib Hamid sebagai calon DPD RI dan
Prof Zainuddin Maliki sebagai calon DPR RI di wilayah Lamongan dan Gresik. Tapi sayang hanya Prof Zainuddin yang berhasil sedangkan Najib Hamid gagal karena banyak praktek jual beli suara," terangnya.
Dirinya juga berpesan, agar urusan politik tidak dipisah-pisahkan antara kader Muhammadiyah dengan PAN. Ditambahkan, kalah dan menang bukan urusan takdir.
"Kalah dan menang jangan disebut takdir sebab di dalam Al-Quran kemenangan itu digilir. Kalau sekarang kalah, mungkin karena kurang berpegang teguh pada ayat Al Imton," terangnya.
Menurutnya, reformasi yang sudah berjalan juga perlu dievaluasi dan dampak negatifnya perlu direduksi, terutama usai amandemen UUD 1945 yang menghilangkan utusan daerah dan golongan seperti NU dan Muhammadiyah.
Dikatakan, sistem pilihan langsung banyak mudharatnya. Karena di dalam Islam juga belum pernah diterapkan, karena biasa menggunakan Ahlul Halli Wal Aqdi.
Tokoh-tokoh Muhammadiyah harus mengubah cara pandang, dan kader Muhammadiyah tak harus masuk PAN. Bisa masuk ke partai lain seperti Golkar, PDIP, Gerindra dan lainnya.
"Mereka bisa menjadi behind the gun, apalagi isa memimpin sehingga bisa ikut mewarnai dan menyebarkan visi Islam sebagai rahmatan lil alamin," tegasnya.(tji)