Ning Lia: Pengganti Bu Risma Jangan Kagok Bekerja Untuk Warga Surabaya

SurabayaPos.Com - Sosok pengganti Walikota Surabaya Tri Rismaharini belum terlihat. Tetapi, dipastikan warga Kota Surabaya mendambakan peng...

SurabayaPos.Com - Sosok pengganti Walikota Surabaya Tri Rismaharini belum terlihat. Namun, dipastikan rakyat Kota Surabaya mendambakan pengganti Bu Risma, nir jauh dengan kepribadian Tri Risma, yakni pekerja keras & senang terjun eksklusif ke rakyat. Setidaknya, itu yg disebut oleh Lia Istifhama atau yg akrab disapa Ning Lia.

?Kalau saya pribadi, yang kentara proses pengenalan (pilwali) permanen berjalan. Semua harus positif mikirnya. Kalau seorang yg telah masuk bursa pilwali benar-benar ingin menciptakan Surabaya, maka seharusnya mikir bagaimana dia bisa diterima seluruh kalangan. Dan, apa yang mau dilakukannya jika lalu ditakdirkan sebagai walikota maupun wakil walikota, istilahnya jangan sampai kaghok bekerja buat masyarakat Surabaya. Harus bisa meneladani karakter kerja keras tokoh-tokoh hebat di Jatim ya, seperti Ibu Gubernur & Ibu Walikota (Tri Rismaharani)," urai Ketua III STAI Taruna Surabaya ini.

Ning Lia menambahkan, jangan jua mikir menjadi elitis, lantaran menurutnya, orang asli Suroboyo suka karakter yang bekerja, bukan bossy.

"Saya orisinil Arek Suroboyo, sudah bertahun-tahun pernah bekerja menjadi karyawati dan lainnya, jadi tahulah bagaimana pimpinan sanggup disukai bawahan apabila mereka peduli dan nir magabut istilahnya, alias jangan hingga jadi pemimpin hanya makan honor buta," pungkasnya.

Lia yang ditemui sehabis mengisi keliru satu acara pekan Hari Santri Nasional pada galat satu Sekolah Menengah Atas, jua membicarakan untuk murid-siswi SMA.

"Dengan Peringatan HSN,  siswa SMA jadi mengenal sejarah resolusi jihad.  Bahwa resolusi jihad adalah 5 butir yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy'ari, salah satu pendiri NU pada santri Nahdliyin 22 Oktober 1945. Saat itu, fatwa resolusi jihad disampaikan di kantor PBNU (sekarang kantor PCNU Surabaya) Jalan Bubutan 6 nomer 2," terang Lia.

Lanjut Lia, kantor PBNU sebelumnya pada Jalan Kawatan lima yg sekarang menjadi SD Halimah. Konon ceritanya waktu itu santri-santri digembleng oleh para kiai. Para pengajar & mereka para santri, bahkan kebal terhadap bacokan. Mengapa begitu? Karena mereka setidaknya memiliki 3 hal. Yaitu doa berdasarkan para kiai & guru, keyakinan jihad hubbul wathon minal iman & tawadhu' yang sangat akbar dalam pendidik mereka.

"Nah, perilaku tawadhu ini yang seharusnya dimiliki murid sekarang. Hargai hormati & santunlah dalam guru kalian, pada ortu kalian menggunakan begitu, insya Allah kelak kalian jua akan dihargai oleh orang lain," pungkasnya.(tji)