Potongan BLT 400 Ribu Viral di Medsos, Warga Warungdowo Pasuruan di Intimidasi Oknum
Postingan terkait BLT yang diterimanya hanya 200 ribu disosial media mengundang berbagai reaksi oleh nitizen. Lanjutnya, ketidak pahaman dan belum mendapat kejelasan dari pihak desa itu yang membuat dirinya (Teguh Red*) bertanya-tanya terkait BLT yang diterimanya hanya senilai 200 ribu. Source: liputanindonesia.co.id
Pasuruan - Tidak ada sosialisasi terhadap masyarakat menjadi kendala terkait peyaluran bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah.
Seperti yang terjadi diwilayah Warungdowo Kabupaten Pasuruan, salah satu warga penerima BLT 600 ribu berteriak disosial media karena hanya mendapat 200 ribu rupiah.
Teriakan Teguh (30) warga RT.03 / RW. 10 Warungdowo Timur Kecamatan Pohjentrek Kabupaten Pasuruan yang terdaftar sebagai penerima bantuan langsung tunai (BLT) mengalami intimidasi dan tekanan oleh oknum aparat desa dengan membawa nama polisi.
"Kemarin saat mendapat bantuan BLT dapat lampiran untuk mengambil uang dibalai desa sejumlah 600 ribu kemudian dibagi 3. Hal itu saya tanyakan di Facebook digroup info lantas pasuruan, sebenarnya berapa jumlah BLT yang harus diterima per kartu keluarga," ujarnya teguh kepada wartawan (26/05/20) kemarin.
Postingan terkait BLT yang diterimanya hanya 200 ribu disosial media mengundang berbagai reaksi oleh nitizen. Lanjutnya, ketidak pahaman dan belum mendapat kejelasan dari pihak desa itu yang membuat dirinya (Teguh Red*) bertanya-tanya terkait BLT yang diterimanya hanya senilai 200 ribu.
"Karena saya belum paham betul dan supaya mendapat kejelasan. Saya bertanya disosmed info lantas Pasuruan terkait BLT yang saya terima, pada saat itu juga banyak nitizen yang menanggapi dan saya mendapat pemahaman dari beberapa komentar nitizen," ujarnya.
Namun selang setengah jam, akibat postingan atas pertanya'anya digroup info lantas Pasuruan. Teguh langsung dijemput oleh salah satu perangkat desa untuk dibawa ke balai desa karena sudah ditunggu pihak aparat kepolisian.
"Saya dijemput oleh salah satu perangkat desa untuk datang ke balai desa dan katanya saya sudah ditunggu pihak kepolisian karena sudah bikin malu desa terkait postingan saya disosial media. Setelah sampai dibalai desa, saya bertanya mana pihak kepolisian kok tidak ada!! Perangkat desa pun menunjuk petugas polisi yang berjaga-jaga di depan balai desa saat itu. Aneh, katanya ada dari pihak polisi tapi tidak duduk satu meja dengan saya dan perangkat desa," terangnya.
Masih kata Teguh, dirinya merasa mendapat tekanan dan terpojok oleh pihak perangkat desa dengan nada keras meminta Teguh untuk segera minta maaf digruop info lantas Pasuruan.
Ditambahkan Teguh, ia juga disuruh diam serta menghapus postingan terkait BLT karena menurut pihak perangkat, postingan tersebut bakal jadi boomerang bagi diri saya sudah dianggap mencemarkan nama baik desa.
Sementara itu kepala desa Muslik merespon dan menyayangkan hal itu terjadi yang dialami Teguh warganya. Kades Muslik juga menghimbau segera melapor kepada pihak kepolisian jika mendapat ancaman dan berjanji akan melindungi warganya.
"Laporkan polisi, saya akan melindungi warga saya. Tolong informasikan jika ada aparat saya bermain dan melakukan hal itu," tegas Kades Muslik melalui selulernya (29/05/20) kemarin.
Source: Liputanindonesia.co.id