‘Netralitas Pers’ di Tahun Politik Ala Kentrung Panji Kelana
Surabaya - Dalam rangkaian acara memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Jatim, kelompok seni Kentrung Panji Kelana yang dikelola Din...
Surabaya - Dalam rangkaian acara memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN) 2019 di Jatim, kelompok seni Kentrung Panji Kelana yang dikelola Dinas Kominfo Provinsi Jatim ikut unjuk kebolehan menghibur pengunjung yang hadir di Grand City Convention Hall dan Exhibition Surabaya, Jumat (8/2/2019), malam.
Lakon 'Netralitas Pers' yang diusung dengan seni karawitan tradisional khas Jawa menjadi hiburan tersendiri yang sarat dengan unsur edukasi.
Itu terpadu dengan gending gamelan yang mengalunkan tembang-tembang Jawa semakin menambah kemeriahan.
Panji Kelana adalah kelompok karawitan yang berdiri sejak 1987, dengan ketekunan tangan dingin Ki Toro sebagai pemain kentrung sekaligus juga dalang. Para awak kentrung ini juga merupakan pegawai Dinas Kominfo Provinsi Jatim Bidang Komunikasi Publik.
Sejumlah perangkat karawitan yang dimainkan berupa alat gong besar, gong kecil, kempyang, tamborin, saron, kempul, kendhang, kentrung, ditambah alunan gending melantun merdu dan tembang yang dibawakan menghibur pengunjung pameran HPN.
Mereka, para pemain Kentrung Panji Kelana di antaranya adalah Ki Toro, Sumo Lowo, Cak Karso, Andik, Suwarno, Ning Tari, Ning Sri dan Deni.
Dengan nama panggung Cak Karso, pemain Kentrung Panji Kelana, Joko Wiyono mengaku punya alasan tersendiri untuk memainkan lakon 'Netralitas Pers' yang bertepatan dengan tahun politik ini.
"Harapan saya sebagai seniman di Hari Pers Nasional tahun 2019 ini, Pers tetap mengkritisi dan mengkontrol pembangun demi kemajuan negeri. Pers di zaman teknologi yang banyak berseliweran berita-berita hoaks ini harus tambah cerdas menyikapinya," terang Cak Karso yang juga pegawai Dinas Kominfo Jatim.
Kabid Komunikasi Publik Dinas Kominfo Jatim Danu Ardhiarso menjelaskan, di era digital saat ini memang sebuah keniscayaan bahwa segala sesuatunya termasuk informasi akan lebih cepat dilakukan melalui sarana berbasis digital atau elektronik.
Media tradisional seperti kesenian kentrung ini sebagai salah satu sarana penyampaian informasi kepada masyarakat terbukti masih efektif. Tetapi, pelaku kesenian tradisional perlu menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat milenial saat ini agar dapat diterima semua kalangan.
Diharapkan media-media seperti ini dapat bertahan di tengah perkembangan zaman. Tujuannya, agar generasi muda tidak lupa dengan kearifan lokal untuk dipadukan dalam sendi kehidupan, termasuk sebagai sarana komunikasi publik.Tji