Imunisasi, Pemberian ASI, dan Investasi Kesehatan Dibahas di Diskusi Jurnalis Sahabat Anak
SurabayaPos.Com - Hampir 50 persen dampak menderita Pneumonia, sebagai penyumbang tertinggi nomor kematian dalam anak. Termasuk pada kota-kot...
SurabayaPos.Com - Hampir 50 persen dampak menderita Pneumonia, sebagai penyumbang tertinggi angka kematian pada anak. Termasuk di kota-kota besar , misalnya Surabaya.
"Pneumonia masih menjadi ancaman dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua, pada usia balita setelah urutan pertama adalah kematian pada bayi prematur,” kata dr Dini Adityarini di sebuah diskusi yang mengangkat tema "Imunisasi: Sebuah Investasi & Gaya Hidup Kekinian" yang digelar Jurnalis Sahabat Anak di Surabaya, Sabtu, (7/12/2019).
Ditegaskan oleh dr Dini, imunisasi sangat penting diberikan kepada balita sebagai kekebalan tubuh sejak dini.
Selain imunisasi, hal penting yang tidak boleh diabaikan adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sejak bayi lahir.
"Imunisasi bagi balita merupakan investasi atau pondasi untuk kekebalan tubuhnya. Dan, hal penting yang tidak boleh diabaikan adalah pemberian ASI sejak dini," ujar dr. Dini.
Selain pentingnya imunisasi pada anak usia balita agar tidak mudah terserang Pneumonia, yang tidak kalah penting lagi adalah pemberian ASI, mulai bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan.
“Karena dengan pemberian asi secara eksklusif, ini artinya ibu sudah memberikan imunitas pada bayi, agar bisa menangkal serangan bakteri maupun jamur patogen lainnya,” urainya.
Ditambahkan oleh dr Dini, selama ini banyak yang mengira disaat bayi atau balita sakit tidak boleh diberi asi, pendapat itu salah besar. Untuk itu pihaknya menghimbau mulai saat ini tidak ada lagi larangan memberikan ASI saat bayi atau balita sedang sakit.
Diakui, untuk imunisasi yang tidak disubsidi pemerintah, termasuk vaksinasi untuk Pneumonia, banyak masyarakat yang kurang tanggap, dan kurang peduli pentingnya vaksinasi. Sementara agar terhindar dari serangan Pneumonia dibutuhkan dua sampai empat kali vaksinasi untuk kekebalan tubuh.
"Untuk itu, kita terus mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya vaksinasi termasuk untuk menghindari bahaya Pneumonia dan pentingnya vaksinasi Pneumonia untuk bayi, balita maupun anak diatas lima tahun,” terangnya.
Dijelaskan, Pneumonia merupakan penyakit radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia paling sering menyerang bayi, balita, anak-anak, juga orang berusia 65 tahun. Termasuk kepada orang dengan kekebalan tubuh yang menurun.
Kemudian, saat tanya jawab, dr Dini juga menjabarkan kalau gejala Pneumonia yang paling umum ditandai dengan demam, nyeri pada dada saat bernapas, kelelahan, mual, muntah, diare, juga batuk berdahak serta menurunnya nafsu makan.
Pada bayi yang belum bisa bicara, terjadinya gejala Pneumonia biasanya ditandai demam hingga 39 derajat celsius yang tak kunjung reda, malas menyusu dan makan, lemas, serta nafas terdengar berat.
Sampai saat ini, hampir 50 persen Pneumonia menjadi menyumbang angka kematian pada anak. Termasuk juga terjadi di kota besar seperti Surabaya.
"Pneumonia masih menjadi ancaman dan menjadi penyebab kematian anak usia balita di urutan kedua, setelah urutan pertama kematian pada bayi prematur," ucapnya.
Di kesempatan yang sama, Dr Bambang Chriswanto Public Affairs Director PT Pfizer Indonesia, berkomitmen pihaknya hingga saat ini terus mendukung kampanye pelaksanaan imunisasi. Salah satu cara dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya imunisasi.
"Bentuk dukungan, diantaranya dengan kehadiran kami pada kampanye atau aktivitas yang memberikan pemahaman tentang pentingnya imunisasi. Termasuk, seperti acara ini, bersama para jurnalis menyebarkan hal-hal yang baik,” kata Bambang Chriswanto.
Masih di rangkaian acara itu Mellyza Silvy yang juga dosen Literasi Keuangan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Surabaya menjabarkan bahwa di era milenial dan modern saat ini, investasi untuk menjaga kesehatan juga menjadi hal yang sangat penting.
"Investasi atau menabung bukan hanya sekedar untuk kebutuhan masa depan. Menjaga kesehatan juga menjadi bagian penting di dalam keluarga," tegas Mellyza Silvy.(tji)